Tag Archives: Seohyun

I’m Here (2/?)

Chapter II

A.N: saya mau buat ni FF jadi short-chaptered Fic, jadi maaf kalo terkesan di paksa/ di cepetin storyline-nya. terlalu banyak FF yang jadi tanggungan saya ==; saya takut ga selesai semua. ^^ Enjoy.

Continue reading

Melting an Ice (3/?)

Pairing: Onew/Jessica; Key/Seohyun (minor)

Rating: T (bisa berubah-ubah sesuai isi~ wkwkw)

A.N: Ni part yang terakhir saya buat, belum selese sih… yaaaah… ^^ dari pada nganggur di kompie. tar saya lanjut upload-an yang lain~

Jinki’s POV

Siang ini kami dan taemin, yang sudah pulang sekolah, berkumpul di tempat biasa (di taman dekat han river) untuk makan siang. Bekal isi ayam goreng buatan umma entah kenapa hari ini tidak menarik perhatianku. Padahal sudah merupakan sebuah fakta, kalau kata “aku” dan “ayam” tidak bisa di pisahkan.

“…”

Minho dan Taemin berbagi bekal masing-masing. Jonghyun mengambil sebuah sosis panggang dari bekal Key, yang kami tahu pasti, kalau itu masakannya sendiri.

“Hyung? Jinki-hyung? Mau apel?” Taemin memasukkan sepotong apel ke mulutku, dan tanpa kusadari, aku sudah membuka mulut dan mengunyah buah tadi dengan pelan.

“Enak, hyung?” tanyanya lagi.

“mm…” jawabku singkat sambil terus mengunyah.

“…”

“…Hyung… boleh minta ayamnya?” Jonghyun bersiap-siap menusukkan garpunya kea yam-ku.

“…mm…”

“Oke. Cukup sekian. Ini mencurigakan. Kau yakin tidak sedang sakit, hyung?”Kibum menatapku dengan tidak percaya.

Aku mendesah pelan. Kudorong bekalku kea rah Taemin dan Jonghyun, yang dengan tanpa basa-basi mereka langsung menghabiskannya. Dan untuk pertama kalinya  dalam 19 tahun aku hidup, aku tidak keberatan tidak menyentuh ayam barang sehari.

“… tidak, Key. Aku tidak sakit,” aku menyandarkan kepalaku ke pundak Minho.

“Oke. Aku yakin kau sakit,” sela Kibum, “kau mau konsul ke dokter?”

“tidak usah…”

“…ada masalah dengan yeoja kemarin, hyung?” pertanyaan Minho membuyarkan lamunanku. Aku membalas tatapannya dengan lirikan. Dia melempar senyum.

“Sica memintaku menghubunginya…”

“Sica?” aku menghela nafas.

“gadis yang kemarin kuceritakan…”

Taemin dan Jonghyun mulai tertarik arah pembicaraan kami.

“Berapa umurnya, hyung?” Taemin berkedip-kedip saat menanyakan hal barusan, yang membuat Kibum langsung terkena syndrome “brother-complex”, dan mengelus-elus pipi taemin. Taemin tertawa.

“…Aku belum tahu, yang jelas dia menyebutku anak kecil,”

“jangan-jangan dia nenek-nenek usia 40 tahun, hyung,”

“YA! KIM JONGHYUN! Itu tidak mungkin!” teriakku.

“ya! Ya! Ya! Jangan berteriak di depan anakku!” balas Kibum sembari menutup telinga Taemin dengan tangannya.

“Telpon saja dia, hyung,” ucapan Minho membuatku kaku. Jonghyun mencibir mendengarnya.

“Mana dia berani?”

“te-tentu saja aku berani! Bahkan aku sudah punya nomornya! I-ini!!” ujarku sebal. Kukeluarkan sapu tangan bertuliskan nomor ponselnya, dan kutunjukkan ke mereka semua. Kibum terdiam. Mulut Jonghyun menganga lebar (rasakan! Makanya percaya padaku!), taemin bagai di beri sekantong cokelat, dan Minho… tetap saja seperti Minho.

“OMG!! JINKI TIDAK BERBOHONG!” Jonghyun histeris.

“YAH! AKU HYUNG-MU!!”

“KEREN HYUNG!” taemin bersorak.

“…kutukan apa lagi ini, Tuhan… cobaan apa lagi ini…??” Kibum meratapi keberuntunganku.

“…Pinjam ponsel, Taemin,” lanjut Minho.

Aku sama sekali tidak curiga dengan gerak gerik Minho, karena saat itu aku masih sibuk membalas semua ucapan jonghyun dan Kibum yang terus-terusan meledekku. Sampai akhirnya aku mendengar suara:

“yoboseyo?”

Aku terpaku mendengar suaranya. Suara sica. Dan suara itu berasal dari… ponsel? Taemin pasti menekan tombol loudspeaker. Anak ini.

“yoboseyo, Sica-noona!” timpal Taemin ceria.

“yah! Taemin-ah!” aku berusaha meraih ponsel di tangan Taemin, jika saja tangan Kibum dan Minho tidak menahanku di tempat. Jonghyun cengengesan dan merangkul pundak taemin.

“… Nuguseyo?”

“TAEMIN!!”

“… Jinki-sshi?”

Kami semua mematung. Tak kusangka keringat dinginku keluar.

“Um, Jinki-sshi? Kaukah itu?”

Aku melempar tatapan memelas kepada dongsaeng-dongsaengku yang kurang ajar. Kusipitkan lagi mataku yang dasarnya sudah sipit pada Taemin dan Jonghyun yang masih cekikikan. Tuhan, panas sekali rasanya. Pasti wajahku merah. Pasti.

“… apa aku salah? Nuguseyo?”

Taemin memberikan ponselnya padaku, sebelum akhirnya dia memeluk dan menggelayut di pundak Key, yang langsung memberinya jempol.

Aku memandang ponsel taemin dengan death glare. Berharap tiba-tiba ponselnya memeleh.

“apa anda salah sambung?”

“a-ani. Je-jessica-sshi, ini a-aku, Jinki,”

“ah! Ternyata benar kau, Jinki-sshi,” Sica tertawa. Manis. Suaranya membuatku ingin tersenyum, kalau saja tidak ada empat orang dongsaeng yang sudah menahan tawa. Apa wajahku terlihat aneh? “…aku pikir kau tidak mau menghubungiku,”

“te-tentu saja tidak!” aku merasa tangan Minho yang memegangiku pun bergoyang. Great. Bahkan aku, sang unreasonably clumsy bisa membuat si flaming charisma tertawa.

“…oke, bagaimana kabarmu, Jinki-sshi?”

“…begini deh,” jawabku asal, “kamu sendiri, sedang dimana sekarang?”

“aku baru pulang, ini sedang di road trees dekat han river…”

Kami saling berpandangan. Alisku naik sebelah. Dan entah kenapa detak jantungku jadi tidak stabil.

“Hyung, apa Sica-noona blonde?” Tanya Taemin tiba-tiba. Aku makin mengernyitkan dahi. Sepertinya aku belum pernah cerita tentang fisik Jessica…

“…darimana kau tahu, taemin-ah?” Kibum dan Jonghyun memberikan pertanyaan yang sama denganku.

“…tolong tanyakan apa Noona bersama seorang temannya?” pintanya lagi.

“Wae?” jawabku lirih.

“tanyakan saja!” Taemin mengeluarkan jurus andalannya, manyun. Aku kalah.

“Si-sica, apa kamu sedang bersama seseorang?”

“…ya. Darimana kau tahu? Aku bersama dengan temanku sekarang,” Bagus. Sekarang aku pasti dikira tukang ramal olehnya.

“AH! Benar kalau begitu!” taemin beranjak dari tempatnya dan berdiri. Kami masih tidak mengerti apa yang akan dilakukan olehnya sampai dia berteriak:

“JESSICA NOONA! NOONA! DISINI!!” taemin melambai kea rah di belakangku. Reflex kami semua menoleh. Dan… bingo! Itu… Jessica, yang masih cantik seperti biasa, meski dengan wajah bingungnya. Aku tak percaya dengan keberuntunganku.

Jessica diam di tempat. Ponselnya sudah dia jauhkan dari telinganya. Dia berkedip-kedip tidak percaya. Tuhan, Jessica dengan seragam terlihat manis sekali TT

“Jinki?” sapanya ragu.

“a-annyeong,”

“apa yang kalian lakukan disini?” tanyanya.

“kami? Makan bekal? Kami sering makan disini,” lanjutku, “oh ya, perkenalkan, ini Minho, yang tersenyum-senyum ga jelas disini Jonghyun,”

“YAH! HYUNG!”

Aku tak menghiraukannya, “…yang ini Kibum, dan yang paling kecil ini…” Taemin memberikan aegyonya yang paling manis, “magnae kami, Taeminnie,”

Aku tahu Jessica dan temannya menyukai Taemin, karena mereka langsung berteriak, “manisnyaaa~”

“annyeong haseyo, Noona!” mereka menjawab serempak.

“Annyeong! Jessica imnida, dan ini,” Jessica mendorong temannya maju. Manis kok dia. Rambut hitamnya membuat dia terlihat innocent. Tapi tetap saja, Jessica lebih cantik dimataku >///<, “Seohyunnie, dia adik 2 tingkat di bawahku… adakah yang kelahiran ’91?”

Kibum dan Minho mengangkat tangan.

“…kalau begitu kalian teman,” jawabnya lagi.

“A-annyeong haseyo… Seohyun imnida…”

“Minho,”

Kibum adalah orang paling pendiam yang ada di dunia. Oke, ralat. Apa anak ini salah makan? Dia terlalu diam untuk standar seorang Kibum. Aku mennyusuri arah pandangannya, dan ternyata jatuh pada wajah Seohyun yang memerah. Aku tersenyum jahil, lalu kusenggol saja dia.

“a-a-annyeong haseyo! Kibum imnida! Pa-panggil Key saja! Salam kenal Seohyunnie!” dia membungkuk dalam sekali. Kami cengingisan melihat tingkahnya yang tidak biasa.

“oke! Jadi seohyun memanggilku ‘oppa’, dan aku memanggilmu ‘noona’,” ujar Jonghyun.

“N-ne, jonghyun oppa,” senyum Seohyun membuat Kibum tidak bernafas, di tempat. Ehehe. Akhirnya ada yang bisa digunakan untuk mengejeknya.

“Noona cantik,” sela Taemin, “Seohyun noona juga,”

Aigooo~ magnae kami ini memang kelewat lugu. Dan dia masih saja tidak sadar meski wajah Jessica dan Seohyun sudah memerah akibat ucapannya.

“ka-kamsahamnida, taemin-goon,”

“ehehehe… Noona mau apel?”

Begitulah siang kami terlewati. Jessica harus pulang karena ada les. Aku menebak-nebak, apakah les vocal? Karena suaranya kemarin benar-benar bagus. Namun saat kutanya, dia mengelak, dan mengganti alasannya. Dia bilang dia mengantuk.

“kami duluan, Jinki-sshi,” pamit Jessica.

“selamat sore, Jinki-oppa, Jonghyun-oppa, Minho, Taeminnie, dan sore juga… Key,”

“N-ne, so-sore, Seohyunnie,” Kibum menjawab kaku.

“hati-hati di jalan, Sica-sshi,”

“Ne, nanti akan ku kabari kalau aku sudah sampai,” aku membalas senyum Jessica.

“Annyeong, noona!”

Kami menatap punggung mereka sampai mereka hilang dari pandangan kami. Tidak lama, aku berbalik pada mereka.

“…terima kasih, taeminnie, tapi lain kali, tolong minta persetujuanku dulu,” Taemin menggelayut di lenganku.

“oke, hyung,” aku mengelus kepalanya pelan. Menurut penelitianku dan Kibum, Taemin sangat suka kalau dibegitukan.

“…kau tidak minta nomor Seohyun, Key-ah?”

Tepat sasaran. Wajah kibum seperti udang rebus. Kami tertawa.

“Yah! Yah! Hentikan!” teriaknya.

“ dia cantik kok, Kibum,” Jonghyun melanjutkan, “…ambil dia kalau kau tak mau dia jadi yeojachingu-ku,” Goda Jonghyun. Kibum melempar death glare yang berhasil membuat si puppy ketakutan dan bersembunyi di belakangku.

“…ayo pulang,” jawab Kibum sudah malas. Dia beranjak meninggalkan kami. Taemin dan Minho yang pertama mengejarnya.

“ada juga yang bisa menaklukkan sang diva,” ujarku sambil tertawa.

“…dan ada yang harus menaklukkan seorang princess,” sebelum aku bisa mencerna ucapannya, Jonghyun sudah menyusul dongsaeng kami yang agak jauh.

Aku tersenyum puas. Karena hari ini, seorang Lee Jinki, bisa mendapat keberuntungan yang tak terduga.

TBC

I’m Here (Be With Me)

"Hes taking you away from me..."

Title: I’m Here (Be With Me) (1/?)

Length: Chapter-ed (?) or OneShot.

Pairing: Taemin/Seohyun

Summary: “Is he better than me? Am I not worthy enough for you? I’ll show you, wait for me.”

A.N: Salahkan SBS bikin grup para magnae di Gayo Daejun 2010 kemaren ==”, saya jadi tidak bisa lupa scene pas si Seohyun turun dari atas , ato pas taemin cracking that whip~ Daebak!! jadi kepikiran, kayaknya pair ini lucu. dan saya sempat search di google, ada FF “I’ll Find You” by (saya lupa) di ffindo daaaan… pairnya TaeSeo jugaaa~ xDD (saya penggemar rare pairing~ ). posternya lucu yaa… saya bikin sendiri looo…. ayo bilang lucu dong… hiks hiks TT #abaikan#

“hu… hu… hiks.”

Seohyun menggeleng kepala untuk entah yang keberapa kalinya dalam hari ini. Taemin menangis lagi setelah dikerjai oleh teman-temannya di sekolah (“me—mereka… *hiks* jahat…*hiks*”). Secara tidak sengaja Seohyun menemukan Taemin di tepi sungai dekat dengan rumahnya saat dia pulang les. Dan sejak tadi pula, namja cantik putra Lee ahjhusshi, orang berada di distrik xxx ini tidak kunjung berhenti menangis. Seohyun bingung harus dengan apa lagi membujuknya. Akhirnya dia hanya menemani Taemin menangis sambil duduk disampingnya.

“hiks, hiks, noona…” Taemin sesenggukan menahan tangisnya. Seohyun menepuk punggung Taemin pelan.

“Ne, Taeminnie?”

“me-mereka  bilang noona jelek… mereka bilang aku tidak boleh berteman dengan noona…” andai saja tidak menangis, seohyun pasti merasa wajah taemin sekarang lucu sekali.

“hmm, aku kan memang jelek,” bibir taemin mencibir mendengar ucapan seohyun, “seharusnya taemin memang berteman dengan mereka sa—“

“noona cantik kok!”

“—bukan masalah cantik atau tidaknya, taeminnie, tapi keluarga lee kan kaya—“

“ya sudah! Noona menikah sama aku saja! Biar noona sama denganku nanti, biar mereka tidak bisa mengejek noona lagi!” jawab taemin polos. Wajah seohyun nampak kaget dengan ucapan namja yang bagaikan dongsaengnya itu.

“ya? Ya? Ya?” permintaan yang agak memaksa. Seohyun menghela nafas dan mencoba tersenyum.

“ne. tapi aku tidak mau menikah dengan namja cengeng…”

Taemin bergegas mengusap semua air mata yang masih ada di sudut matanya dengan lengan sweater biru kesukaannya.

“a-anu… *hiks* aku… aku haus…”

Seohyun tersenyum mendengar pernyataan jujur dari namja kecil itu. Disekanya air mata yang tersisa di pipi  Taemin dengan sapu tangan yang diambil dari tas punggung merah yang dia kenakan. Taemin manyun saja.

“Kita beli minum ya, tapi kamu jangan menangis lagi. Setelah itu kamu kuantar pulang. Arasso?” Senyum Taemin mengembang.

“Ne! ayo noona!”

Dan hanya begitu, sedih yang taemin rasakan hilang tanpa jejak. Seohyun memang sudah menganggap taemin sebagai dongsaengnya sendiri. Jadi hal seperti inipun sudah biasa. Taemin yang masih berumur 11 tahun cocok sekali menjadi dongsaeng yang dia inginkan. Namun tidak akan pernah ada, karena Ibunya sudah meninggal. Sekarang dia hanya tinggal berdua dengan ayahnya yang seorang pegawai di sebuah pabrik kertas. Kehidupan mereka jauh dari kata makmur. Bahkan Seohyun pun harus bekerja sambilan di toko kue milik keluarga Taemin dua kali dalam seminggu.

Menemani Taemin sepulang sekolah hampir menjadi kerjaannya, meski keluarga Taemin mengatakan tidak usah, karena itu merepotkan. Tapi tetap saja, Seohyun suka melakukannya.

“Ne, kajja, Taeminnie.” Seohyun meraih tangan kecil Taemin dan menggenggamnya erat. Taemin membalas genggamannya dengan sama kuat.

6 years later.

“Yah! Aku tidak suka caramu memandang Noona! Jangan main-main!”

“Cih. Kau pikir siapa kau Taemin? Namjachingunya? Terserah aku!” Taemin terhentak sejenak, tapi tahu akan situasi tegang yang sedang dihadapinya, Taemin tersadar.

‘Siapa aku?’

“YAH! Kenapa?! Kau kehilangan kata-kata? Dasar bocah ingusa—“

BUAK! Satu pukulan taemin terbang telak di wajah namja bernama Joon itu. Joon terdorong ke belakang, tubuhnya menabrak batang pohon yang tidak dia lihat.

“Jangan berkata yang tidak perlu,” Balas taemin.

“Sialan!”

BUK! DUAK! Pertarungan sengit antara kedua namja itu mendapat sorakan dari anak-anak yang memang sengaja menonton mereka.

“Jauhi Noona!”

DUK!

“PERSETAN DENGANMU BO—“

“Hentikan!” Jeritan seorang yeoja tidak berhasil menghentikan aksi saling memukul antara Taemin dan Joon. Namun bisa membuat anak-anak yang menyoraki mereka langsung lari meninggalkan lapangan basket.

“Berhenti, taemin!” teriak Seohyun.

“jangan ikut campur, noona!”

Mendengar kata-kata itu, seohyun berlari mendekati Taemin dan Joon. Usahanya untuk melerai mereka berdua tidak membuahkan hasil, sampai akhirnya pukulan Joon yang ditujukan ke Taemin nyasar ke bahu Seohyun.

“ah!” Seohyun tersungkur dan merintih kesakitan.

“noona!”

Joon yang masih kaget karena salah sasaran pun menerima pukulan telak di wajahnya oleh Taemin yang marah besar. Nafas taemin memburu.

“a—awas kau bocah!” Joon berbalik dan lari sambil memegangi wajahnya yang lebam.

Setelah memastikan Joon pergi, taemin bergegas menghampiri Seohyun yang jatuh.

“dimana yang sakit noona?” tanya taemin cemas. Tangan seohyun dipegang dan diperiksanya satu persatu. Taemin juga melihat kea rah wajah seohyun.

“tidak apa-apa kok, taemi—ah!” seohyun berteriak saat taemin memegang bahu kanannya. taemin bertambah cemas.

“sebelah sini sakit?” seohyun mengangguk pelan.

“coba kulihat.” Wajah seohyun bersemu mendengar kata-kata taemin.

“ti-tidak usah.”

“wae? Noona, mukamu merah. Kau demam? Sakit banget ya?” taemin tambah panic.

Seohyun menunduk berusaha menutupi wajahnya, meski sebenarnya tidak perlu, karena rambut panjangnya sudah sangat membantu.

“noona?”

“gwenchana, taeminnie…” raut wajah taemin berubah masam.

“sudah kubilang jangan memanggilku dengan nama itu. Aku sudah besar, noona. Lagian Seo-noona sekarang suka bohong. Jelas-jelas sakit kan? Apa nya yang tidak—“

Ucapan taemin terpotong oleh tangan seohyun yang menutup mulutnya. Seohyun menggeleng.

“gwenchana. Aku tak mau melihatmu berkelahi lagi dengan siapapun gara-gara aku. Arasso?”

“aku juga tidak mau melihat noona diperlakukan seenaknnya sama meraka! Sekali-kali lawanlah mereka, noona!”

Seohyun menarik nafas dalam.

“tidak perlu sampai begitu, lagipula aku disini hanya karena beasiswa, aku tidak punya hak—“

“tentu saja ada!” nada suara taemin naik. “noona berhak menolak semua perlakuan tidak pantas mereka!”

“mereka hanya memintaku mengajari mereka belajar, taemin…”

“sambil pegang-pegangan tangan? Itu kurang ajar noona—“

“arasso, arasso. Aku tidak akan melakukannya lagi, lee taemin. Maafkan aku.” Taemin Nampak tidak puas.

“tapi kau juga janji padaku, jangan berkelahi lagi. Noona tidak enak sama tuan lee.”

Tidak ada balasan dari taemin. Seohyun menatap taemin tajam.

“…arasso?”

“…ne.” jawaban singkat itu cukup membuat senyum seohyun mengembang lebar. Taemin bangkit dan membelakangi seohyun. Dalam jarak yang cukup dekat, taemin berjongkok.

“ayo noona, naik.”

“eh?” taemin membuka tangannya kea rah seohyun.

“sini. Biar ku gendong.”

“tidak usah, taemin… aku bisa jala—“

“mau kugendong apa kuangkat seperti pengantin?” seohyun yang tahu sulit betapa sulitnya menolak taemin langsung naik ke gendongan taemin saat itu juga. Sesudah posisi seohyun nyaman, taemin bangun dan mulai berjalan pulang.

“ah. Noona kau berat…”

“ma-maaf! Turunkan saja aku taemin-ah!” seohyun bersiap-siap turun saat taemin mencegahnya.

“aku bercanda, noona. Kau ringan kok. Coba kau menolak tadi,” taemin menggumam, “kau pasti sudah seperti pengantinku sekarang… ” suaranya semakin kecil.

“apa taemin-ah? Aku tidak dengar…”

“aniyo. Bukan apa-apa. Noona pulang ke rumah atau ke tempatku?” taemin menengok ke belakang. Seohyun yang saat itu masih bersandar pada taemin tersentak kaget. Reflex seohyun mendorong pundak taemin dengan tangannya, menjauhkan wajahnya dari wajah taemin.

“a—ah!” jika saja tangan taemin kurang cekatan seperti sekarang, pasti seohyun sudah jatuh. Namun bukan berarti taemin bisa dengan mudah menjaga keseimbangannya. Bagaimanapun membawa seseorang di punggungnya lebih sulit dari pada berjalan sendirian.

“noona! Jangan banyak bergerak!” teriak taemin kaget. “gwenchana?”

“ma-maafkan aku… kamu juga, jangan menengok terlalu cepat!” semburat merah muncul lagi di wajahnya tanpa Seohyun sadari.

Melihatnya, taemin hanya tersenyum simpul.

“kau cantik, noona,”

“e—eh?”

“haha. Sudahlah. Ke rumahku saja ya. Umma juga pasti tidak keberatan jika noona main…”

“… gomawo, Minnie,”

Taemin memegang kaki seohyun erat. Rambut panjang seohyun terurai terbawa angin sore yang hangat.  Dengan begitu, taemin kembali melangkah.

TBC… or Not. You comment and say what must i do.  please do comments. it means so much for me.

There’s only two types of people in the world. The one’s that entertain, and the one’s that observe.

By: Britney Spears (Circus)

I’ll try to be your entertainer, so please observe me?